Kisah Uwais Al Qorni - Bukan Orang Bumi

Kisah Uwais Al Qorni - Bukan Orang Bumi

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

Image result for uwais al qarni

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit.

Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

 CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI


Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Kisah Umar dan keprihatinannya kepada rakyat miskin

Pelajaran mana yang lebih baik daripada sebuah keteladanan? Terlebih dalam kondisi ketika banyak pemimpin negeri kita yang tak amanah. Namun tak selayaknya kita berputus asa, justru kita wajib berdoa. Semoga Allah kan hadirkan sosok pemimpin teladan seperti sejarah merekam Umar bin Khattab dan kepemimpinan beliau dalam kisah inspirasi berikut...
***
Krisis itu masih melanda Madinah. Korban sudah banyak berjatuhan. Jumlah orang-orang miskin terus bertambah. Khalifah Umar Bin Khatab yang merasa paling bertanggung jawab terhadap musibah itu, memerintahkan menyembelih hewan ternak untuk dibagi-bagikan pada penduduk.

Ketika tiba waktu makan, para petugas memilihkan untuk Umar bagian yang menjadi kegemarannya: punuk dan hati unta. Ini merupakan kegemaran Umar sebelum masuk islam. “Dari mana ini?” Tanya Umar.

“Dari hewan yang baru disembelih hari ini,” jawab mereka.

“Tidak! Tidak!” kata Umar seraya menjauhkan hidangan lezat itu dari hadapannya. “Saya akan menjadi pemimpin paling buruk seandainya saya memakan daging lezat ini dan meninggalkan tulang-tulangnya untuk rakyat.”

Kemudian Umar menuruh salah seorang sahabatnya,” Angkatlah makanan ini, dan ambilkan saya roti dan minyak biasa!” Beberapa saat kemudian, Umar menyantap yang dimintanya.

Kisah yang dipaparkan Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya ar-Rijal Haular Rasul itu menggambarkan betapa besar perhatian Umar terhadap rakyatnya. Peristiwa seperti itu bukan hanya terjadi sekali saja. Kisah tentang pertemuan Umar dengan seorang ibu bersama anaknya yang sedang menangis kelaparan, begitu akrab di telinga kita. Ditengah nyenyaknya orang tidur. Ia berkeliling dan masuk sudut-sudut kota Madinah. Ketika bertemu seorang ibu dan anaknya yang sedang kelaparan, Umar sendiri yang pergi mengambil makanan. Ia sendiri juga yang memanggulnya, mengaduknya, memasaknya dan menghidangkannya untuk anak-anak itu.

Keltika kelaparan mencapai puncaknya Umar pernah disuguhi remukan roti yang dicampur samin. Umar memanggil seorang badui dan mengajaknya makan bersama. Umar tidak menyuapkan makanan ke mulutnya sebelum badui itu melakukannya terlebih dahulu. Orang badui sepertinya sangat menikmati makanan itu. “Agaknya Anda tidak pernah merasakan lemak?” Tanya Umar.

“Benar,” kata badui itu. “Saya tidak pernah makan dengan samin atau minyak zaitun. Saya juga sudah lama tidak menyaksikan orang-orang memakannya sampai sekarang,” tambahnya.
Mendengar kata-kata sang badui, Umar bersumpah tidak akan makan lemak sampai semua orang hidup seperti biasa. Ucapannya benar-benar dibuktikan. Kata-katanya diabadikan sampai saat itu, “Kalau rakyatku kelaparan, aku ingin orang pertama yang merasakannya. Kalau rakyatku kekenayangan, aku ingin orang terakhir yang menikmatinya.”

Padahal saat itu Umar bisa saja menggunakan fasilitas Negara. Kekayaan Irak dan Syam sudah berada ditangan kaum Muslimin. Tapi tidak. Umar lebih memilih makan bersama rakyatnya.

Pada kesempatan lain, Umar menerima hadiah makanan lezat dari Gubernur Azerbeijan, Utbah bin Farqad. Namun begitu mengetahui makanan itu biasanya disajikan untuk kalangan elit, Umar segera mengembalikannya. Kepada utusan yang mengantarkannya Umar berpesan, “Kenyangkanlah lebih dulu rakyat dengan makanan yang biasa Anda makan.”

Sikap seperti itu tak hanya dimiliki Umar bin Khattab. Ketika mendengar dari Aisyah bahwa Madinah tengah dilanda kelaparan. Abdurrahman bin Auf yang baru pulang dari berniaga segera membagikan hartanya pada masyarakat yang sedang menderita. Semua hartanya dibagikan.

Ironisnya, sikap ini justru amat jauh dari para pejabat sekarang. Penderitaan demi penderitaan yang terus melanda bangsa ini, tak meyadarkan mereka. Naiknya harga kebutuhan pokok sebelum harga BBM naik dan meningkatnya jumlah orang-orang miskin, tak menggugah hati mereka. Bahkan, perilaku boros mereka kian marak.

Anggota Dewan yang ditunjuk rakyat sebagai wakil, justru banyak yang berleha-leha. Santai dan mencari aman. Pada saat yang sama, para pejabat yang juga dipilih langsung, tak pernah memikirkan rakyat. Yang ada dalam benak mereka , bagaimana bisa aman selama lima tahun ke depan.

Mereka yang dulu vocal mengkritik para pejabat korup dan zalim, justru kini diam. Ia takut kalau kursi yang saat ini didudukinya lepas. Sungguh jauh beda dengan Abu Dzar al-Ghifari, seorang sahabat Rasulullah saw. Ketika suatu saat dia cukup pedas mengkritik para pejabat di Madinah, Ustman bn Affan memindahkannya ke Syam agar tak muncul konflik. Namun, ditempat inipun ia melakukan kritik tajam pada Muawiyah bin Abu Sufyan agar menyantuni fakir miskin.

Muawiyah pernah mengujinya dengan mengirimkan uang. Namun ketika esok harinya uang itu ingin diambilnya kembali, ternyata Abu Dzar telah membagikannya pada fakir miskin.

Sesungguhnya, negeri kita ini tidak miskin. Negari kita kaya. Bahkan teramat kaya. Tapi karena tidak dikelola dengan baik, kita menjadi miskin. Negeri kita kaya, tapi karena kekayaan itu hanya berada pada orang-orang tertentu saja, rakyat menjadi miskin. Kekayaan dimonopoli oleh para pejabat, anggota parlemen dan para pengusaha tamak.

Di tengah suara rintihan para pengemis dan orang-orang terlantar, kita menyaksikan para pejabat dan orang-orang berduit dengan ayik melancong ke berbagai negari. Mereka seolah tanpa dosa menghambur-hamburkan uang dengan membeli barang serba mewah.

Ditengah gubuk-gubuk reot penuh tambalan kardus bekas, kita menyaksikan gedung-gedung menjulang langit. Diantara maraknya tengadah tangan-tangan pengemis, mobil-mobil mewah dengan santainya berseleweran. Pemandangan kontras yang selalu memenuhi hari-hari kita.

Dimasa Umar bin Abdul azis, umat islam pernah mengalami kejayaan. Kala itu sulit mencari mustahiq (penerima) zakat. Mereka merasa sudah mampu, bahkan harus mengeluarkan zakat. Mereka tidak terlalu kaya. Tapi, kekayaan dimasa itu tidak berkumpul pada orang-orang tertentu saja.

Disinilah peran zakat, infak dan shadaqah. Tak hanya untuk ‘membersihkan’ harta si kaya, tapi juga menuntaskan kemiskinan.

Jika ini tidak kita lakukan, kita belum menjadi mukmin sejati. Sebab, seorang Mukmin tentu takkan membiarkan tetanggana kelaparan. Rasulullah saw bersabda, “Tidak beriman seseorang yang dirinya kenyang, sementara tetangganya kelaparan.” (HR. Muslim)
Kamojang, Surga Baru Penyelamatan Elang di Indonesia

Kamojang, Surga Baru Penyelamatan Elang di Indonesia

Pusat Konservasi Elang Kamojang yang terletak di Bandung, Jawa Barat merupakan angin segar untuk menyelamatkan elang-elang di Indonesia dari pintu kepunahan.

Image result for elang
Keindahan alam Indonesia ternyata tak hanya menjadi surga dunia bagi manusia, melainkan juga flora dan fauna yang senantiasa memperkaya kecantikan negara kepulauan ini. Selain menyajikan keindahan, sebagai negara tropis, Indonesia menawarkan kehangatan yang alami. Seperti yang dilakukan oleh kawanan Elang dari Mongolia dan Siberia, setiap musim dingin datang mereka yang berasal dari Mongolia dan Siberia akan bermigrasi ke Indonesia untuk menghangatkan diri.
Selain Lumajang dan kawasan Bromo Tengger Semeru, kawasan Garut menjadi lokasi favorit bagi para elang untuk singgah. Guntur, Halimun Salak, Kamojang, Papandayan, dan Telaga Bodas ternyata memiliki lanskap yang menyerupai keindahan keindahan Satoyama, sehingga kawasan tersebut menjadi titik favorit bagi para elang untuk bermigrasi. Indonesia patut berbangga, karena dari 311 jenis Elang yang ada di dunia, 70 jenisnya telah menghuni negara ini. Tak dapat dipungkiri bahwa sosok Elang Jawa, sang raptor endemik telah menjadi inspirasi Garuda sang lambang negara. Namun, tahukah Anda bahwa status Elang Jawa kini tengah mencapai ambang pintu kepunahan?
Meskipun lanskap Indonesia menjadi lokasi favorit bagi para Elang untuk membentangkan sayap, tetapi negara ini tak selamanya menyajikan keseamatan bagi mereka. Kerusakan habitat yang disebabkan oleh deforestasi, degradasi, dan fragmentasi hutan menjadi salah satu faktor yang mengancam keberadaan mereka. Tidak hanya itu, perburuan dan perdagangan ilegal disebut-sebut sebagai faktor utama yang menghadapkan satwa liar pada pintu kepunahan. Dalam lima tahun terakhir tercatat lebih dari 110 ekor Elang yang dinyatakan hilang akibat perburuan.
Seperti yang sudah kita ketahui, salah satunya adalah Elang Jawa yang statusnya kini dinyatakan sebagai endangered species. ”Jumlahnya kini di seluruh Indonesia tidak mencapai 1.000 pasang ekor, artinya di bawah batas aman populasi. Bila selama 20 tahun tidak ada upaya maka Elang Jawa akan punah.” jelas Zaini selaku Ketua RAIN (Raptor Indonesia).
Menghadapi ancaman tersebut, Pusat Konservasi Elang Kamojang yang mulai beroperasi pada 2014 lalu hingga kini masih berupaya untuk melakukan penyelamatan Elang di seluruh nusantara. Terletak di tanah Kamojang, kecamatan Ibun, kabupaten Bandung, pusat konservasi elang yang didirikan oleh Pertamina Geothermal Energy ini dilengkapi dengan fasilitas yang merujuk standar internasional dari IUCN (International Union for Conservation of Nature), GFAS (Global Facilities for Animal Sanctuary), dan IWRC (International Wildlife Rehabilitation Council).
Terdapat kandang-kandang karantina yang dihuni oleh elang yang datang dari berbagai daerah dengan kondisi yang berbebeda. Di antaranya adalah hasil serahan warga Sumedang dan Garut dan ada pula yang datang dengan kondisi terluka, seperti Trobin si Elang Brontok yang sayap kanannya terpaksa harus diamputasi sampai tulang radius-ulna. Selaku pihak pengelola, RAIN menerapkan rangkaian proses untuk mempersiapkan para raptor sebelum dilepasliarkan. Dimulai dari masa karantina, rehabilitasi medis, pelatihan terbang, dan pelepasliaran. “Tidak semua elang layak untuk dilepas, bila kondisi medisnya tidak mendukung maka ia akan tinggal dan mendapatkan perawatan di sini.” tutur Zaini.
Iqlima sang Elang Ular betina berusia enam bulan merupakan satu dari belasan penghuni yang beruntung. Dua hari sudah sejak dilepas pada tanggal 8 September ia akan hidup kembali di alam liar. Namun, pemantauan intensif akan dilakukan selama 21 hari oleh RAIN. Alat bantu transmitter yang diletakkan pada ekor Iqlima diharapkan dapat mempermudah pemantauan hingga dua tahun ke depan. “Kami masih terjun ke hutan untuk monitoring Iqlima. Makanan pun masih kita pasok di tempat-tempat tersembunyi. Kita latih secara perlahan untuk mengembalikan nalurinya sebagai satwa liar.” Ujar Dian salah satu relawan yang mendedikasikan dirinya untuk elang selama sejak tahun lalu.
Hingga saat ini Pusat Konservasi Elang Kamojang masih memiliki 16 ekor elang yang terdiri dari 2 ekor Elang Jawa, 5 ekor Elang Brontok, dan 9 Elang Ular, dan mereka semua tengah menjalani masa karantina. Dalam waktu dekat Pusat Konservasi Elang Kamojang akan menambahkan fasilitas edukasi yang akan dibuka untuk umum dengan tujuan dapat mengajak masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam menyelamatkan elang dari kepunahan. Selain itu, program ini selanjutnya akan melengkapi rangkaian destinasi Desa Wisata Kamojang.

Sumber
Smartphone Kelas Menengah, Usung Desain Mewah

Smartphone Kelas Menengah, Usung Desain Mewah

Untuk memperkuat posisinya di kelas menengah, Samsung kembali meluncurkan Smartphone seri terbaru yang didesain khusus untuk konsumen yang menginginkan tampilan desain mewah. SAMSUNG Galaxy On7 - Black memiliki ukuran yang ringkas, bingkai dari bahan logam, dan Casing bagian belakang yang dibalut bahan tekstur kulit sehingga membuatnya tak mantap digenggam namun juga terlihat elegan. Layarnya yang seluas 5.5 Inch membuat Anda bisa menikmati konten digital dengan lebih memuaskan dari biasanya. Selain membawa tampilan luar yang elegan, SAMSUNG Galaxy On7 - Black juga membawa spesifikasi mumpuni seperti: Processor Quad-Core, RAM 1.5 GB, kamera belakang 13 MP dan kamera depan 5 MP, serta dukungan jaringan internet 4G LTE.

Kamera 13 MP dengan Auto Focus dan LED Flash

Salah satu keunggulan SAMSUNG Galaxy On7 - Black ada di kamera belakang yang memungkinkan Anda bisa menghasilkan bidikan foto beresolusi tinggi nan tajam. Resolusi kamera besar membuat subjek foto terlihat lebih detail dan cerah. Untuk mendukung kehebatan kamera 13 MP tersebut, Samsung memberikan tingkat bukaan kamera (Aperture) F/2.1. Aperture yang lebar membuat hasil jepretan foto terlihat jelas walau digunakan di kondisi pencahayaan minim. Ditambah lagi ada lampu LED Flash yang bisa memberi penerangan tambahan saat kondisi pemotretan sudah sangat gelap. Menariknya, fitur kamera bisa diluncurkan dengan cepat hanya dengan menekan tombol Home sebanyak dua kali.

Mau Foto Selfie Bareng? Gak Masalah

Saat menggunakan kamera depan untuk berfoto Selfie sendirian mungkin akan terasa sangat mudah, namun bagaimana jika Anda ingin foto Selfie bareng teman-teman? Kamera depan pada Smartphone konvensional memiliki cakupan tangkapan yang tidak luas, sehingga bisa membuat foto Selfie bareng teman-teman jadi kurang sempurna. Untungnya, kini SAMSUNG Galaxy On7 - Black sudah dilengkapi dengan kamera depan Wide-Angle yang bisa menangkap foto hingga cakupan 120 derajat. Sudut pengambilan gambar yang luas memungkinkan tidak ada lagi teman Anda yang terlewatkan saat Selfie bersama.

Performa Superior dan Efisien

Berkat dukungan Processor Quad-Core berkecepatan 1.2 GHz, Anda bisa menggunakan lebih banyak aplikasi secara bersamaan tanpa kendala. Kinerja Quad-Core yang dapat bekerja sendiri atau bersamaan memungkinkan Anda bisa lebih menghemat banyak baterai tanpa menurunkan performa Smartphone. Kinerja Processor ditopang RAM 1.5 GB sehingga membuatSAMSUNG Galaxy On7 - Black dapat mengeksekusi aplikasi dan perintah lebih cepat. Samsung Galaxy On7 dibekali baterai 3000 mAh yang bisa bertahan hingga seharian penuh dengan pemakaian normal.

Internet Ngebut: 10X Lebih Cepat Dari 3G

SAMSUNG Galaxy On7 - Black sudah mendukung konektivitas jaringan 4G LTE. Dengan ini Anda dapat menikmati kecepatan transfer data atau internet berkecepatan tinggi. Kecepatan 4G LTE mampu menawarkan kecepatan akses data menembus 100 Mbps untuk download dan 50 Mbps untuk Upload*. Chatting, Streaming, dan bermain Game Online kini akan jauh lebih lancar dan mulus tanpa jeda.
*Kecepatan internet tergantung provider dan lokasi

Sejarah Kamojang

Kamojang
Kamojang merupakan salah satu gunung api tua di Priangan yang terletak sebelah tenggara kota Bandung. Kawasannya merupakan lereng dari kerucut Gunung Gandapura dengan topografi berbukit landai dan lereng lapangannya terjal, miring dan bergelombang. Bagian tengah kawasan sebenarnya merupakan bagian kerucut yang terpotong, sehingga keadaannya datar.

Kawasan ini memiliki potensi panas bumi yang luar biasa berupa lebih dari 20 kawah yang sudah dipetakan. Dua di antara kawah tersebut berbentuk danau dengan airnya yang mengepul. Karena itu, jika sekali waktu berkunjung ke sana, pengunjung bukan hanya disuguhi pemandangan alam. Keindahan alam Kamojang hanya merupakan secercah kemolekan alam Priangan. Selain itu, dari kawah-kawahnya terdengar  suara yang beraneka-ragam.

Kawah-kawah itu dinamakan sesuai dengan bunyi suara yang dikeluarkan.

Ingin mendengar bagaimana suara hantu? Wow! Jika belum pernah berjumpa dengan mahluk halus yang bukan sesungguhnya, datanglah ke Kawah Jurig. Dalam bahasa Sunda, jurig artinya hantu atau setan. Bagi yang penakut, suara yang keluar dari kawah itu bisa membangunkan bulu kuduk.

Masih banyak kawah-kawah  lainnya yang memiliki daya tarik tersendiri. Ada yang dinamakan kawah Leutak karena bentuk kawahnya becek berlumpur. Tempat inilah yang pernah dijadikan sinyo-sinyo dan noni-noni Belanda serta orang  Eropa lainnya mandi lumpur. Mereka berendam dan kadangkala berguling-guling bagai anak kecil. Kulitnya yang putih bersih, sengaja dilumuri lumpur kawah Leutak.  Yang tersisa hanya bagian mata tetap putih.

Belum puas juga? Ada yang dinamakan kawah Sakarat karena mengeluarkan suara seperti orang menjelang ajal. Penting dikunjungi agar ingat pada kematian karena suaranya terdengar bagai orang yang sedang merenggut maut. Kawah lainnya yang dinamakan Kawah Manuk mengeluarkan suara bising bagai suara kicau burung.

Fenomena alam Kamojang yang diselimuti hutan hujan tropis pegunungan seolah penuh misteri. Kawah Beureum dinamakan demikian karena batu-batuan di sekitarnya berwarna merah akibat interaksi dengan uap kawah tersebut. Beureum artinya merah. Dengan melangkah lebih jauh, kawah lainnya yang dinamakan Kawah Kereta Api  mengeluarkan suara gemuruh yang tak ubahnya suara lokomotif kereta api yang menarik gerbongnya. Berisiknya bukan main.

Kawah Kereta Api sebenarnya bekas sumur panas bumi yang digali pada zaman Belanda. Gagasan pengeboran sudah direncanakan sejak tahun 1918. Saat itu sudah ada usulan untuk mengembangkan sumber energi panas bumi. Akan tetapi realisasinya baru dilakukan tahun 1926-1928 pada lima lokasi sumur ekplorasi dangkal yang dikerjakan oleh The Netherlands East Indies Vulcanological Survey. Salah satu di antaranya yang dinamakan sumur Kamojang 3, hingga kini masih menyeburkan uap dari kedalaman 66 meter dengan suhu sekitar 140 derajat Celcius dan tekanan antara 3,5 – 4 bar. Uap yang keluar dari sumur ini masih terdengar nyaring dari jarak kurang lebih 200 meter.

****

Kawah Kereta Api inilah yang biasa dilalui wisatawan yang akan bertualang ke kawah-kawah lainnya di  kawasan Taman Wisata Alam Kamojang. Kawasan tersebut merupakan tempat menarik untuk mereka yang menggemari olah raga jalan kaki. Akan tetapi jika tidak berniat melakukan perjalanan jauh,  perjalanan cukup sampai di kawah Hujan.

Kawah yang satu ini merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi. Uap air yang hangat dihembuskan dari mulut kawah jatuh ke bumi bagaikan butir-butir air hujan. Dengan berada di dekat kawah tersebut, pengunjung akan dihujani butir-butir air hangat dan berada dalam sekapan suhu panas. Dalam tempo seperempat  jam saja, badan sudah kuyup oleh keringat.

Konon, air uap dari kawah tersebut memiliki khasiat untuk pengobatan berbagai penyakit kulit, asma, dan penyakit lainnya.

Di mata penduduk setempat, keberadaan kawah-kawah di kawasan ini erat kaitannya dengan kegenda “Si Mojang” atau “Sang Gadis” sehingga tempat ini dinamakan Kamojang.  Menurut cerita, kawasan tersebut sebelumnya merupakan tempat tinggal seorang mojang yang hidup bersama kedua orang tuanya. Mojang dalam bahasa Sunda sama artinya dengan gadis. Panggilan itu diberikan karena gadis tersebut berparas cantik jelita, sehingga banyak pemuda desa yang terpikat.

Kedua orang tuanya menginginkan agar anak gadisnya menikah dengan laki-laki yang bukan pilihannya. Umurnya sudah setengah baya, namun kaya dan menguasai tanah luas.  Tentu saja Mojang  tidak mau menjadi istrinya, apalagi menjadi istri yang kelima. Daripada harus menderita bathin,, ia memilih melarikan diri ke hutan sehingga orang tuanya kelimpungan.

Walau sudah dilakukan pencarian ke berbagai pelosok, usahanya tidak pernah membawa hasil. Ia tidak pernah mengetahui lagi keberadaan anak gadisnya. Sehingga sejak itu, tempat menghilangnya mojang  tersebut dinamakan penduduk setempat: Kamojang.

****

Sekelumit legenda yang mewarnai keberadaan panas bumi di kawasan ini hingga kini masih berlanjut menjadikan Kamojang sebagai tempat wisata khusus.  Kawasannya seluas 8.000 hektar, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No 170/Kpts/Um/3/1979  ditetapkan sebagai suaka alam cq cagar alam seluas 7.500 hektar dan sisanya, 500 hektar sebagai taman wisata alam (TWA). ***

Hutan TWA Kamojang merupakan hutan alam yang termasuk formasi hutan hujan tropis pegunungan.  Akan tetapi sebagai  salah satu lokasi sumber panas  bumi   di Jawa Barat, uap air gunung api Kamojang yang sudah mati di masa sekarang masih memberikan sumbangan yang tidak kecil artinya untuk kesejahteraan manusia.  Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber panas bumi Kamojang  menjadi sumber pembangkit pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP).

Berdasarkan penelitian, reservoir uap lapangan panas bumi Kamojang, mampu membangkitkan tenaga listrik pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP) antara 100 MW sampai 200 MW.  Setelah dilakukan pengeboran sumur-sumur produksi Unit I, kapasitas produksi listrik  PLTP Kamojang ternyata masih bisa dikembangkan.  Peresmian PLTP Unit II dan Unit III dengan kapasitas terpasang  2X55 MW akhirnya dilakukan pada tanggal 2 Februari 1988, sehingga menambah daya dan kehandalan pada sistem kelistrikan nasional.

Di masa datang, peranan panas bumi tersebut akan menjadi salah satu sumber  energi primer penting dalam pembangunan tenaga listrik. Akan tetapi sumber panas bumi tersebut sangat tergantung pada tegakan di atasnya. Secara sederhana, proses terjadinya panas bumi sederhana saja.

Sumber uap air yang dihasilkan berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Prosesnya hampir tidak banyak berbeda dengan saat kita memasak air. Akan tetapi pada alam, produksi uap air yang dihasilkan sangat tergantung dari sejauh mana kondisi kawasan di atasnya. Hutan dan berbagai jenis tegakan di atasnya sangat  berpengaruh. Sebaliknya jika tegakannya dibabat, air hujan yang turun dari langit akan menjadi air larian. Akibatnya bukan hanya tingkat laju erosi makin tinggi. Produksi uap yang menjadi sumber panas bumi akan menurun.

Berdasarkan sebuah laporan mengungkapkan, akibat pembabatan hutan di kawasan sumber panas bumi Kamojang telah membawa dampak negatif terhadap PLTP. Pasokan air panas dari sumur-sumur panas bumi untuk pembangkit listrik telah berkurang. Penurunan terjadi sekitar 3-6 persen/tahun  (Kompas, 30 Oktober 2001).

Asal tahu saja, alam yang sudah bermurah hati akan marah jika diperlakukan manusia dengan tidak semena-mena.***