Sejarah Kamojang

Kamojang
Kamojang merupakan salah satu gunung api tua di Priangan yang terletak sebelah tenggara kota Bandung. Kawasannya merupakan lereng dari kerucut Gunung Gandapura dengan topografi berbukit landai dan lereng lapangannya terjal, miring dan bergelombang. Bagian tengah kawasan sebenarnya merupakan bagian kerucut yang terpotong, sehingga keadaannya datar.

Kawasan ini memiliki potensi panas bumi yang luar biasa berupa lebih dari 20 kawah yang sudah dipetakan. Dua di antara kawah tersebut berbentuk danau dengan airnya yang mengepul. Karena itu, jika sekali waktu berkunjung ke sana, pengunjung bukan hanya disuguhi pemandangan alam. Keindahan alam Kamojang hanya merupakan secercah kemolekan alam Priangan. Selain itu, dari kawah-kawahnya terdengar  suara yang beraneka-ragam.

Kawah-kawah itu dinamakan sesuai dengan bunyi suara yang dikeluarkan.

Ingin mendengar bagaimana suara hantu? Wow! Jika belum pernah berjumpa dengan mahluk halus yang bukan sesungguhnya, datanglah ke Kawah Jurig. Dalam bahasa Sunda, jurig artinya hantu atau setan. Bagi yang penakut, suara yang keluar dari kawah itu bisa membangunkan bulu kuduk.

Masih banyak kawah-kawah  lainnya yang memiliki daya tarik tersendiri. Ada yang dinamakan kawah Leutak karena bentuk kawahnya becek berlumpur. Tempat inilah yang pernah dijadikan sinyo-sinyo dan noni-noni Belanda serta orang  Eropa lainnya mandi lumpur. Mereka berendam dan kadangkala berguling-guling bagai anak kecil. Kulitnya yang putih bersih, sengaja dilumuri lumpur kawah Leutak.  Yang tersisa hanya bagian mata tetap putih.

Belum puas juga? Ada yang dinamakan kawah Sakarat karena mengeluarkan suara seperti orang menjelang ajal. Penting dikunjungi agar ingat pada kematian karena suaranya terdengar bagai orang yang sedang merenggut maut. Kawah lainnya yang dinamakan Kawah Manuk mengeluarkan suara bising bagai suara kicau burung.

Fenomena alam Kamojang yang diselimuti hutan hujan tropis pegunungan seolah penuh misteri. Kawah Beureum dinamakan demikian karena batu-batuan di sekitarnya berwarna merah akibat interaksi dengan uap kawah tersebut. Beureum artinya merah. Dengan melangkah lebih jauh, kawah lainnya yang dinamakan Kawah Kereta Api  mengeluarkan suara gemuruh yang tak ubahnya suara lokomotif kereta api yang menarik gerbongnya. Berisiknya bukan main.

Kawah Kereta Api sebenarnya bekas sumur panas bumi yang digali pada zaman Belanda. Gagasan pengeboran sudah direncanakan sejak tahun 1918. Saat itu sudah ada usulan untuk mengembangkan sumber energi panas bumi. Akan tetapi realisasinya baru dilakukan tahun 1926-1928 pada lima lokasi sumur ekplorasi dangkal yang dikerjakan oleh The Netherlands East Indies Vulcanological Survey. Salah satu di antaranya yang dinamakan sumur Kamojang 3, hingga kini masih menyeburkan uap dari kedalaman 66 meter dengan suhu sekitar 140 derajat Celcius dan tekanan antara 3,5 – 4 bar. Uap yang keluar dari sumur ini masih terdengar nyaring dari jarak kurang lebih 200 meter.

****

Kawah Kereta Api inilah yang biasa dilalui wisatawan yang akan bertualang ke kawah-kawah lainnya di  kawasan Taman Wisata Alam Kamojang. Kawasan tersebut merupakan tempat menarik untuk mereka yang menggemari olah raga jalan kaki. Akan tetapi jika tidak berniat melakukan perjalanan jauh,  perjalanan cukup sampai di kawah Hujan.

Kawah yang satu ini merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi. Uap air yang hangat dihembuskan dari mulut kawah jatuh ke bumi bagaikan butir-butir air hujan. Dengan berada di dekat kawah tersebut, pengunjung akan dihujani butir-butir air hangat dan berada dalam sekapan suhu panas. Dalam tempo seperempat  jam saja, badan sudah kuyup oleh keringat.

Konon, air uap dari kawah tersebut memiliki khasiat untuk pengobatan berbagai penyakit kulit, asma, dan penyakit lainnya.

Di mata penduduk setempat, keberadaan kawah-kawah di kawasan ini erat kaitannya dengan kegenda “Si Mojang” atau “Sang Gadis” sehingga tempat ini dinamakan Kamojang.  Menurut cerita, kawasan tersebut sebelumnya merupakan tempat tinggal seorang mojang yang hidup bersama kedua orang tuanya. Mojang dalam bahasa Sunda sama artinya dengan gadis. Panggilan itu diberikan karena gadis tersebut berparas cantik jelita, sehingga banyak pemuda desa yang terpikat.

Kedua orang tuanya menginginkan agar anak gadisnya menikah dengan laki-laki yang bukan pilihannya. Umurnya sudah setengah baya, namun kaya dan menguasai tanah luas.  Tentu saja Mojang  tidak mau menjadi istrinya, apalagi menjadi istri yang kelima. Daripada harus menderita bathin,, ia memilih melarikan diri ke hutan sehingga orang tuanya kelimpungan.

Walau sudah dilakukan pencarian ke berbagai pelosok, usahanya tidak pernah membawa hasil. Ia tidak pernah mengetahui lagi keberadaan anak gadisnya. Sehingga sejak itu, tempat menghilangnya mojang  tersebut dinamakan penduduk setempat: Kamojang.

****

Sekelumit legenda yang mewarnai keberadaan panas bumi di kawasan ini hingga kini masih berlanjut menjadikan Kamojang sebagai tempat wisata khusus.  Kawasannya seluas 8.000 hektar, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No 170/Kpts/Um/3/1979  ditetapkan sebagai suaka alam cq cagar alam seluas 7.500 hektar dan sisanya, 500 hektar sebagai taman wisata alam (TWA). ***

Hutan TWA Kamojang merupakan hutan alam yang termasuk formasi hutan hujan tropis pegunungan.  Akan tetapi sebagai  salah satu lokasi sumber panas  bumi   di Jawa Barat, uap air gunung api Kamojang yang sudah mati di masa sekarang masih memberikan sumbangan yang tidak kecil artinya untuk kesejahteraan manusia.  Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sumber panas bumi Kamojang  menjadi sumber pembangkit pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP).

Berdasarkan penelitian, reservoir uap lapangan panas bumi Kamojang, mampu membangkitkan tenaga listrik pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP) antara 100 MW sampai 200 MW.  Setelah dilakukan pengeboran sumur-sumur produksi Unit I, kapasitas produksi listrik  PLTP Kamojang ternyata masih bisa dikembangkan.  Peresmian PLTP Unit II dan Unit III dengan kapasitas terpasang  2X55 MW akhirnya dilakukan pada tanggal 2 Februari 1988, sehingga menambah daya dan kehandalan pada sistem kelistrikan nasional.

Di masa datang, peranan panas bumi tersebut akan menjadi salah satu sumber  energi primer penting dalam pembangunan tenaga listrik. Akan tetapi sumber panas bumi tersebut sangat tergantung pada tegakan di atasnya. Secara sederhana, proses terjadinya panas bumi sederhana saja.

Sumber uap air yang dihasilkan berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Prosesnya hampir tidak banyak berbeda dengan saat kita memasak air. Akan tetapi pada alam, produksi uap air yang dihasilkan sangat tergantung dari sejauh mana kondisi kawasan di atasnya. Hutan dan berbagai jenis tegakan di atasnya sangat  berpengaruh. Sebaliknya jika tegakannya dibabat, air hujan yang turun dari langit akan menjadi air larian. Akibatnya bukan hanya tingkat laju erosi makin tinggi. Produksi uap yang menjadi sumber panas bumi akan menurun.

Berdasarkan sebuah laporan mengungkapkan, akibat pembabatan hutan di kawasan sumber panas bumi Kamojang telah membawa dampak negatif terhadap PLTP. Pasokan air panas dari sumur-sumur panas bumi untuk pembangkit listrik telah berkurang. Penurunan terjadi sekitar 3-6 persen/tahun  (Kompas, 30 Oktober 2001).

Asal tahu saja, alam yang sudah bermurah hati akan marah jika diperlakukan manusia dengan tidak semena-mena.***

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »